Bermula dari Warung, Resto Steak Ini Raup Omzet Miliaran Rupiah
Filed Under :
Kisah-Kisah Orang Sukses
by Unknown
Senin, 06 Mei 2013
Setelah beberapa bulan beroperasi, wanita itu sudah bisa balik modal.
Wynda Mardio, pemilik restoran Steak Hotel Holycow, berhasil meraih mimpinya karena meraup keuntungan miliaran rupiah per bulannya. Siapa yang menyangka, kalau wirausahawati ini merintis bisnisnya dari sebuah warung.
Wynda kepada VIVAnews di Restoran Steak Hotel Holycow,
Jakarta, Selasa 23 April 2013, mengaku bahwa dalam satu outletnya bisa
meraih omzet sebesar Rp1 miliar.
Restoran ini menyediakan menu-menu berbasis daging wagyu yang
sengaja diimpor dari Australia. Wynda mengaku mengimpor daging itu untuk
menjaga kualitas rasa steak tersebut. Namun, dirinya tetap menggunakan
produk lokal untuk sayuran dan bumbu-bumbu lainnya.
"Kalau daging, kami memakai daging impor karena steak ini kan,
makanan bule. Kalau untuk sayuran, kami menggunakan produk lokal.
Misalnya untuk bayam, kami sudah bekerja sama dengan Indonesia
Berkebun," kata dia.
Penganan khas Barat itu berupa sirloin steak wagyu, ribs steak
wagyu, dan burger wagyu. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp45
ribu-Rp250 ribu. Tidak hanya porsi dewasa yang dia sediakan, tetapi juga
ada porsi anak-anak.
"Kami juga menyediakan kid's menu, yaitu steak yang sangat lembut
dan dagingnya sudah dipotong-potong. Harganya sebesar Rp55 ribu per
porsi dan ada CD Popzzle gratis," kata dia.
Pelanggannya pun bermacam-macam, mulai dari kalangan muda hingga
kalangan tua dan dari kalangan pelajar hingga kalangan pekerja. "Ini
kan, berkaitan dengan perut. Jadinya,semua kalangan masuk," kata dia.
Berawal dari Warung
Bisnis resto ini dia geluti sejak tahun 2010 silam. Saat itu, Wynda
masih berstatus karyawan di sebuah media televisi swasta. Dalam
pikirannya, ia ingin membuka restoran steak karena dia dan suaminya hobi
makan makanan itu.
Padahal, wanita ini sama sekali tidak mempunyai pengalaman dalam
berbisnis. Dari situlah wanita ingin membuka resto steak yang murah
setelah dia keluar dari pekerjaannya. "Saya dan suami saya suka makan
steak dan setiap kali makan steak, pasti harganya mahal," kata mantan
produser ini.
Lalu, pada 15 Maret 2010, mereka membuka warung steak di kawasan
Radio Dalam. Nama restoran Steak Hotel by Holycow ini berasal dari
pemikirannya yaitu steak adalah makanan ala bintang lima dan makanan
enak yang dikeluarkan di restoran adalah steak.
"Saya terinsipirasi dari film Warkop DKI. Saat itu, makanan enak yang mereka pesan dalam film itu adalah steak," seloroh dia.
Kala itu, restoran tersebut berupa warung tenda dan menumpang di salah satu ruko. Hal ini disebabkan karena keterbatasan modal.
"Waktu itu, kami membuka warung tenda dan menjual steak yang
harganya di bawah Rp100 ribu. Ini karena keterbatasan modal dan
keinginan kami untuk menjaga harga steak yang murah, yaitu Rp90 ribu per
porsi, sedangkan di tempat lain harga itu bisa mencapai Rp300 ribu per
porsi," kenang dia.
Modal awal yang dia gelontorkan untuk memulai bisnis ini sebesar
Rp100 juta dan berasal dari tabungan dan "uang penghargaan" setelah dia
berhenti bekerja. Jumlah karyawannya pun sebanyak lima orang, termasuk
dia dan suaminya.
"Hanya lima orang, termasuk saya dan suami saya. Sisanya ada pembantu dan driver saya," katanya sambil tertawa.
Di sana tentu ada saja hal-hal yang mewarnai perjalanan resto
daging ini, misalnya pemilik lahan parkir yang marah-marah karena lahan
parkirnya dipakai untuk warung tersebut, para pembeli yang terpaksa
bubar saat hujan, dan susunan meja yang "unik."
"Itu tempatnya miring karena tempat parkir. Jadi, piring bisa sedikit miring kalau ditaruh di meja," kata dia.
Wanita berambut panjang ini pernah membuka cabang di Singapura,
tapi hanya bertahan selama sembilan bulan. Hal ini disebabkan oleh
sulitnya perizinan dan tenaga kerja. Wynda lebih memilih berkonsentrasi
kepada bisnisnya di Jakarta.
"Di sana kami dipersulit untuk membuka usaha. Selain itu, susah
untuk mencari karyawan. Di sana karyawan kami berasal dari ibu rumah
tangga dan para mahasiswa. Jadi, waktunya tidak bisa kami pegang," kata
dia.
Titik Balik
Setelah beberapa bulan beroperasi, wanita itu sudah bisa balik
modal. Menurut dia, restoran itu bisa menjual steak sebanyak 40 porsi
dalam sehari, lalu bisa menjual steak sebesar 200-300 porsi kini. "Kalau
weekend, bisa mencapai 400 porsi," kata dia.
Wynda mulai mengubah bisnisnya dari konsep warung menjadi restoran.
Dia menyewa tempatnya di Radio Dalam. Prinsipnya adalah dia ingin
bisnisnya tidak hanya terhenti pada konsep warung, tetapi berkembang
menjadi usaha restoran dan tetap menjual steak yang murah.
Pada 2012, dia membuka dua cabang restoran, yaitu di kawasan Sabang
dan kawasan Kemang. Rencananya, dia ingin membuka cabang di lokasi yang
masih dirahasiakan. Tentu dengan penambahan outlet ini, jumlah karyawan
juga meningkat, dari lima orang menjadi enam puluh lima orang.
"Orang lama saya, yaitu driver saya, sekarang menjadi manajer operasional," kata dia.
Apabila tertarik untuk mencicipi steak ini, Anda bisa mengunjungi
restoran ini di Jalan Radio Dalam No. 15, Jalan Kemang Raya No. 95,
Jakarta Selatan, atau di Seremanis Building Jalan KH. Agus Salim No. 16,
Jakarta Pusat.
0 komentar:
Posting Komentar