Kabar tentang kebun timun pak tani yang tengah berbuah lebat santer terdengar
di hutan belantara. Seluruh hewan herbivora (pemakan tumbuhan) menjadikannya
topik pembicaraan dimana-mana. Sembari meneguk air liur, mereka membayangkan
betapa ranum dan lezatnya buah timun. Sayangnya, kebun pak tani ditepi hutan
itu dikelilingi pagar tinggi & rapat. Mustahil untuk memasukinya.
Dan kabar tentang buah timun dikebun pak tani
juga terdengar sampai ke telinga kancil.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba ! Kancil bersorak girang dalam hati. Musim kemarau
yang panjang membuatnya sulit menemukan rumput segar untuk dimakan. Pohon-pohon
meranggas. Sudah berbulan-bulan kancil hanya bisa mengganjal perutnya dengan daun-daun
yang telah mengering.
Membayangkan nikmatnya timun di kebun pak tani
tak urung membuat air liur kancil ikut meleleh. Maka di suatu senja ia pun
berjalan mengendap-ngendap ke kebun pak tani. Sampai malam menjelang ia
berjalan memutari kebun pak tani yang terpagar ketat. Berdiri kokoh dan kuat.
Tanpa ada jalan masuk sedikitpun. Kancil hampir putus asa menemukan kenyatan,
bahwa tak ada celah yang bisa ia jadikan jalan untuk memasuki kebun pak tani.
Ditengah keputusasaannya itu, secara tak sengaja ia melihat sebuah lubang kecil
terletak dibawah tiang pagar yang tembus kedalam kebun. Baik pak tani maupun
binatang-binatang didalam hutan tampaknya tak tahu akan hal ini. Lubang itu
tersamar dibawah tumpukan ranting-ranting kering.
Ini dia yang dicarinya ! Sekali lagi, kancil
bersorak girang dalam hati. Namun ia menahan keinginannya untuk segera masuk
melalui lubang tersebut. Hari telah malam, dan lagi, kancil telah punya rencana
sendiri untuk menjalankan niatnya mencuri timun dikebun pak tani. Sebuah
strategi dengan jalan memanfaatkan tenaga hewan lain. Rencana yang sangat
cerdik. Atau mungkin lebih tepat disebut rencana yang culas !
Besoknya, saat tengah hari yang terik, kancil
bergegas menemui babi hutan. Sama seperti hewan lainnya dalam belantara, tubuh
babi hutan terlihat kurus kerempeng. Tulang rusuknya bertonjolang seperti
merencanakan desersi dari tubuhnya. Tampaknya kemarau telah membawa bencana
gizi buruk bagi seluruh penghuni belantara.
Kancil dengan sengaja memilih babi hutan untuk
dimanfaatkan. Sebab babi adalah ahli menyusup dalam lubang tanah. Tubuh babi
yang kurus juga akan memperlancar usahanya itu. Sekarang tinggal bagaimana
membujuk babi hutan agar mau mengikuti akal bulusnya, guman kancil dalam hati.
Sungguh perkara yang gampang. Selain terkenal polos, situasi kekurangan pangan
yang tengah dialami oleh babi akan membuatnya mudah untuk diperdaya. Sebab
kawan, bukankah kebodohan dan kelaparan membuat kita gampang terjerumus kedalam
tindak kejahatan ? Jadi, waspadalah, waspadalah !
Berlagak acuh tak acuh, kancil mondar mandir
dihadapan babi hutan. Lagaknya seperti wisatawan domestik memakai kacamata
hitam lalu lalang dihadapan bule-bule berbikini di pantai Kuta.
Katanya (seolah berbicara pada diri sendiri) “
Betapa nikmatnya disiang hari yang panas ini makan buah timun yang ranum, lezat
dan airnya segar..nyam..nyam..nyam..”
Babi hutan yang tengah keroncongan mendadak
melelehkan air liur demi mendengar perkataan kancil. Dan seperti hewan lain
dibelantara itu, babi hutan juga mengetahui kalau itu suatu hal yang mustahil.
Pagar kebun pak tani terkenal kuat, rapat dan tak mungkin dimasuki.
“ Berhentilah mengkhayal kawan. Tak ada jalan untuk masuk ke kebun timun itu “
Gerutu babi hutan kesal.
“ Siapa bilang ? “ Sanggah kancil. Lalu
melanjutkan dengan nada suara yang bersungguh-sungguh “ Aku telah menemukan
jalan masuk ke kebun itu. tapi aku mohon padamu kawan, ssstttt… seolah takut
didengar hewan lain, jangan mengatakan ini kepada siapapun. Ini rahasia kita
berdua..”
Mendengar ucapan kancil, babi hutan sontak kaget.
Wajahnya sumringah bak siswa yang lulus UAN.
“ Betulkah yang kau katakana itu kawan ? lalu
kenapa kau tidak memasukinya kalau kau betul telah menemukan jalan untuk masuk
ke kebun itu ?“
“ Begini kawanku babi hutan yang tampan. Jalan
masuk itu berupa lubang ditanah, tepat dibawah tiang pagar diluar kebun yang
tembus kedalam. Tahu sendirilah kawan, dibelantara ini, cuma kamu satu-satunya
pakar dalam hal melewati lubang tanah “
Telinga babi hutan berdiri mendengar pujian
kancil kepadanya. Tanpa berpikir panjang lagi (didorong oleh rasa lapar) babi
hutan bersikeras mengajak kancil ke kebun pak tani untuk melihat lubang tembus
tersebut. Kancil pmengelak halus dari ajakan babi hutan. Mirip anggota DPR yang
disodori amplop oleh para makelar proyek dan pura-pura menolak.
“ Tapi bagaimana denganku kawan. Aku tentu tak
bisa mengikutimu masuk kebun lewat lubah tanah itu. sementara kau enak-enakan
didalam makan timun, aku tetap kelaparan diluar menunggumu “ kancil memberikan
alasannya.
Babi hutan menepiskan kakinya. “ tak usah kau
khawatir soal itu kawan. Saat aku telah sampai didalam, aku akan memberikan
buah timun kepadamu diluar melalui lubang tanah itu. Bagaimana ? cukup adil kan
? “
Tawaran babi hutan itu seperti yang telah diduga
sebelumnya oleh si kancil. Lalu mereka berdua beranjak ke kebun pak tani. Tepat
ditempat dimana lubang tanah yang tembus itu, kancil menunjukkan kepada babi
hutan.
“ Ini dia lubangnya kawan “
“ Aha ! ini soal gampang. Tunggu saja kawan.
Begitu aku masuk, aku akan segera memberitahukannya kapadamu “ jawab babi
hutan.
Lalu babi hutan pun dengan mudahnya menyusup
kedalam kebun pak tani melalui lubang ditanah itu. Babi hutan terperangah
begitu menyaksikan buah timun bergelantungan diseantero kebun. Buahnya
besar-besar dan ranum.
Dari balik pagar, babi hutan berseru kepada
kancil yang menunggu diluar. “ Kancil kawanku, aku akan memetik timun dan
mengirimkannya kepadamu diluar. Nanti setelah diluar baru kita bagi dua dan
sama-sama memakannya “
“ Baiklah kawan. Aku tunggu “ sorak kancil
kegirangan.
Babi hutan tak menunggu waktu lama. Ia memetik
buah timun sebanyak mungkin. Seluruh hasil petikannya dilungsurkan kepada
kancil melalui lubang masuknya tadi. Sejam berlalu, buah-buah timun telah
teronggok setinggi satu meter dihadapan si kancil diluar pagar. Merasa telah
cukup, babi hutan pun berniat keluar.
“ Kawan, apakah buah timun yang kupetik telah
cukup untuk kita berdua !? kalau sudah cukup, aku akan segera keluar ! “ teriak
babi hutan dari dalam.
Melihat gundukan buah timun dimukanya, kancil
berubah pikiran. Ia ingin memiliki seluruh buah timun itu sendiri untuknya.
Kancil memikirkan bagaimana caranya bisa mengelabui babi hutan.
“ Kawan, aku punya rencana bagus. Bagaimana kalau
kamu istirahat dulu sejenak didalam sambil memakan buah timun sebanyak mungkin.
Dengan begitu, buah timun kita diluar tetap utuh. Coba pikirkan, kamu akan
kenyang memakan buah timun didalam kebun, lalu setelah keluar, kamu tetap akan
mendapatkan bagian yang sama denganku !? “ balas kancil berteriak
Betul juga, pikir babi hutan mendengar usulan
kancil
“ Baiklah kawan, kamu sungguh adil dan baik hati.
Lagipula aku sudah sangat lapar. Kalau begitu tunggulah aku barang sejenak “
jawab babi hutan.
Tanpa berpikir panjang lagi, babi hutan dengan
lahap memakan buah timun dari dalam kebun. Tanpa disadarinya, kini tubuhnya
telah berubah menjadi sangat gemuk. Begitu gemuknya sampai-sampai ia tak mampu
lagi melewati lubang tanah yang dimasuki tadi. Babi hutan mendadak panik. Pak
tani pemilik kebun memiliki anjing penjaga yang ganas. Bila ia sampai
terperangkap didalam kebun ini, maka tamatlah riwayatnya. Kawan, inilah buah
dari keserakahan. Babi hutan cepat-cepat memberitahukan kesulitan itu pada
kancil yang berdiri menunggunya diluar. Mohon bantuan, situasinya darurat.
“ Kawan, aku tak bisa keluar. Tubuhku tidak
sekurus tadi sewaktu masuk “ teriak babi kebingungan.
Kancil tertawa kecil. Justru inilah yang
diinginkannya. Dengan begitu ia tak perlu membagi timun ini kepada babi hutan.
“ Begini kawan. Satu-satunya jalan agar kau bisa
keluar hanya jika kau berpuasa barang sehari dua hari. Tunggulah sampai tubuhmu
kembali kurus seperti semula “ saran kancil seolah ikut prihatin. Sambil
berkata, diam-diam ia bergegas menyusun timun itu keatas pelepah pohon palem
dan menyeretnya menuju tempat yang aman.
“ Tapi kawan, bagaimana jika pak tani datang
membawa anjingnya “ keluh babi hutan pasrah.
“Justru itulah yang kuinginkan. Dasar babi hutan
bodoh ! “ ujar kancil dalam hati sambil tertawa kecil melangkah pergi
meninggalkan tempat itu.
Tak ada balasan dari si kancil. Babi hutan
berteriak berulang-ulang. Tetap tak ada jawaban. Kini babi hutan terduduk lesu
dibalik pagar. Sadarlah ia kini, kalau kancil telah memperalatnya. Hatinya
diliputi amarah. Panas dibakar dendam. Ia berjanji akan membalas kejahatan
kancil terhadapnya. itu pun kalau anjing pak tani tidak keburu datang untuk
memangsanya.
Hari berganti malam. Tak terasa sudah tiga hari
kemudian.
Kancil terlihat tengah asyik menikmati buah timun
ditempat kediamannya yang tersembunyi. Sudah tiga hari berturut-turut ia hidup
mewah dari hasil kejahatannya itu. Kadang ia tertawa sendirian mengingat babi
hutan yang telah diperdayanya. Pasti babi hutan telah tamat riwayatnya ditaring
anjing pak tani. Dunia memang hanya diciptakan untuk mereka yang cerdik, batin
kancil dalam hati.
Bukannya sedih, justru kancil tertawa
terpingkal-pingkal bila mengingat itu semua.
Sebuah gerakan dari balik semak-semak
menghentikan tawa kancil. Kini mukanya berubah pucat pasi. Lututnya gemetar.
Badannya menggil-gigil. Sosok babi hutan dengan wajah beringas tiba-tiba muncul
dihadapannya. Mata babi hutan memelototinya buas. taringnya mencuat. Tajam dan
siap menyeruduknya. Sungguh sangat menyeramkan.
“Ka…ka….ka…kau….” ujar kancil gugup. Mulutnya
seolah terkunci. Pemandangan ini sungguh diluar dugaannya.
.”Ya ! saya masih hidup kancil culas ! “ geram
babi hutan. Ia bersyukur karena pak tani dan anjingnya tak kunjung datang
selama 3 hari ia terperangkap didalam kebun..
Babi hutan menyepak-nyepakkan kakinya kedalam tanah. Kepalanya menjulur
kedepan. Dalam posisi tunduk, Ia bersiap menyerang kancil dengan taringnya.
“Terimalah pembalasanku sekarang “ teriak babi
hutan sambil menyerbu kancil.
Kancil melompat menghindar. Berlari lintang pukang. Seluruh tenaganya
dikerahkan untuk berlari menyelamatkan diri dari babi hutan yang kalap. Kejar
mengejar pun terjadi.
Kancil akhirnya tiba ditepi sungai. Nafasnya
terengah-engah. Babi hutan yang mengejarnya tertinggal jauh dibelakang. Ia sama
sekali belum aman. Sebentar lagi babi hutan juga akan sampai ke tempat itu..
Kancil memutar otaknya cepat. Ia bisa selamat hanya jika bisa menyeberangi
sungai. Sungguh bukan sebuah perkara yang mudah. Mata-mata lapar kawanan buaya
ganas sudah mengintainya sejak tadi dari balik permukaan air.
“ Kemarilah kancil kecil. Kau akan menjadi santapan kami hari ini “ teror
buaya-buaya dari dalam sungai menciutkan nyali kancil.
Kini kancil menemukan dirinya terpojok. Malaikat
maut seolah datang menyodorinya buah simalakama. Mati ditaring babi hutan, atau
tewas dirahang buaya ? Keduanya sama sekali bukan pilihan yang elegan untuk
mengakhiri hidup.
Berhubung babi hutan sudah tak mungkin lagi ia
perdayai, maka ia pun mencoba keberuntungannya untuk memperdayai buaya-buaya
sungai itu. Buaya-buaya yang kelaparan. Tentu sangat mudah untuk diperdaya.
“ Wahai kawanku buaya. Aku sama sekali tidak
keberatan untuk menjadi makan siangmu. Tapi lihatlah tubuhku yang kecil ini.
mana mungkin cukup dibagi-bagi buat kalian semua. Bagaimana kalau aku mencoba
menghitung dulu jumlah kalian. Jika kurasa cukup, maka dengan rela aku ikhlas
menyerahkan tubuhku untuk kalian santap “ rayu kancil dengan mimik memelas. Kawanan
buaya berbisik satu sama lain. Perkataan kancil tampaknya masuk diakal mereka.
“ Baiklah. Tapi bagaimana caramu untuk menghitung kami “ kata salah seorang
dari buaya itu.
Kancil tersenyum dalam hati. Rayuannya mengena.
Saatnya untuk menjalankan akal bulusnya.
“Aku cuma minta kalian berjejer mulai dari
tempatku berdiri sampai ketepi sungai diseberang. Dengan begitu, aku akan mudah
melangkah diatas punggung kalian sambil berhitung. Bagaimana ? kalian setuju “
Tanya kancil
Kembali kawanan buaya itu berbisik satu sama
lain. “Baiklah. Kami setuju. “ jawab buaya.
Dengan penuh keyakinan kancil mulai melangkah
diatas punggung buaya sambil berhitung. Begitu sampai ditepi seberang sungai ia
akan berlari secepat mungkin. Demikianlah rencananya.
“ satu.., dua…, tiga…, empat…….lim…. “ hitung kancil
sambil melompat dari satu pungung ke punggung buaya yang lain. Tanpa terasa ia
kini telah berada dipunggung buaya yang mengambang tepat ditengah-tengah
sungai.
Tapi alangkah terkejutnya kancil. Buaya-buaya
yang sebelumnya berjejer rapi, lurus sampai ke tepi, tiba-tiba berpencar
menjauh. Kawanan buaya membentuk formasi melingkar sama sekali tak terjangkau
oleh lompatannya. Maka kancil pun terkepung tepat ditengah-tengah sungai.
Bayangan kematian kembali menari-nari dipelupuk mata kancil.
“ Kawan, aku belum selesai berhitung. Aku belum
tahu apakah jumlah kalian cukup untuk membagi-bagi tubuhku ini ? “ kancil tetap
mencoba meyakinkan kawanan buaya.
Buaya-buaya itu malah tertawa terbahak-bahak.
“ Wahai kancil. Kami tahu. Kamu hanya memperalat
kami. Kamu hanya memanfaatkan punggung kami untuk sampai keseberang sungai itu
kan ? “ kata seekor buaya.
Lalu buaya lainnya menambahkan. “ lagipula, kami tidak pernah mempersoalkan
sedikit banyaknya jumlah makanan. Sedikit atau banyak buat kami bukan masalah.
Karena kami akan tetap membaginya sama rata diantara kami. Ketahuilah wahai
kancil. Sedikit atau banyak akan tetap cukup bagi kami, selama kami bisa
bersyukur dan tidak serakah “
Kancil tertunduk pasrah. Ia menyesal telah memandang remeh buaya-buaya ini.
Kancil mengira buaya-buaya kelaparan dihadapannya sama seperti dirinya. Serakah
dan enggan berbagi dengan sesama.
Sejurus kemudian kancil yang culas itu akhirnya
tewas diterkam rahang buaya-buaya sungai yang ganas. Babi hutan menyaksikan
kematian kancil yang menggenaskan dari tepi sungai. Mulai hari itu, babi hutan
berjanji untuk tidak serakah dan selalu adil berbagi dengan sesama.