Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin
oleh raja yang sangat adil dan bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua
kebutuhannya. Tapi ada satu yang masih terasa kurang. Sang Raja belum
dikaruniai keturunan. Setiap hari Raja dan permaisuri selalu berdoa agar
dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa Raja dan permaisuri dikabulkan. Setelah
9 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang cantik. Raja
sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat serta
seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan mantera
baiknya. “Jadilah engkau putri yang
baik hati”, kata penyihir pertama.
“Jadilah engkau putri yang cantik”, kata penyihir kedua. “Jadilah engkau putri yang jujur dan anggun”, kata penyihir ketiga. “Jadilah engkau putri yang pandai berdansa”, kata penyihir keempat. “Jadilah engkau putri yang panda menyanyi,” kata penyihir keenam. Sebelum penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, “Mengapa aku tidak diundang ke pesta ini?”.
Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan
mantranya sempat bersembunyi dibalik tirai. “Karena aku tidak diundang, aku
akan mengutuk anakmu. Penyihir tua yang jahat segera mendekati tempat tidur
sang putri sambil berkata,”Sang putri akan mati tertusuk jarum pemintal benang,
ha ha ha ha!..”. Si penyihir jahat segera pergi setelah mengeluarkan
kutukannya. Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu.
Raja dan permaisuri menangis sedih. Pada saat
itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh, “Jangan khawatir, aku bisa
meringankan kutukan penyihir jahat. Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan
tertidur selama 100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia akan
terbangun kembali setelah seorang Pangeran datang padanya”, ujar penyihir
ketujuh. Setelah kejadian itu, Raja segera memerintahkan agar semua alat
pemintal benang yang ada di negerinya segera dikumpulkan dan dibakar. Enam
belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik
dan baik hati. Tidak berapa lama Raja dan Permaisuri melakukan perjalanan ke
luar negeri. Sang Putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan keluar
istana.
Ia masuk ke dalam sebuah puri. Di dalam puri itu,
ia melihat sebuah kamar yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia membuka pintu
kamar tersebut dan ternyata di dalam kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang
memintal benang. Setelah berbicara dengan nenek tua, sang Putri duduk di depan
alat pemintal dan mulai memutar alat pemintal itu. Ketika sedang asyik memutar alat
pintal, tibatiba jari sang Putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia menjerit
kesakitan dan tersungkur di lantati. “Hi hi hi… tamatlah riwayatmu!”, kata sang
nenek yang ternyata adalah si penyihir jahat. Hilangnya sang Putri dan istana
membuat khawatir orang tuanya. Semua orang diperintahkan untuk mencari sang
Putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia dalam keadaan tak sadarkan diri.
“Anakku ! malang sekali nasibmu” ratap Raja. Tiba-tiba datanglah penyihir muda
yang baik hati. Katanya, “Jangan khawatir, Tuan Putri hanya akan tertidur
selama seratus tahun. Tapi, ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan kalian
semua,” lanjutnya sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana. Kemudian,
penyihir itu menutup istana dengan semak berduri agar tak ada yang bisa masuk
ke istana.
Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang
pangeran dari negeri seberang kebetulan lewat di istana yang tertutup semak
berduri itu. Menurut cerita orang desa di sekitar situ, istana itu dihuni oleh
seekor naga yang mengerikan. Tentu saja Pangeran tidak percaya begitu saja pada
kabar itu. “Akan ku hancurkan naga itu,” kata sang Pangeran. Pangeran pun pergi
ke istana.
Sesampai di gerbang istana, Pangeran mengeluarkan
pedangnya untuk memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk. Namun,
setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali seperti semula. “Semak apa ini
?” kata Pangeran keheranan. Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik
hati. “Pakailah pedang ini,” katanya sambil memberikan sebuah yang pangkalnya
berkilauan.
Dengan pedangnya yang baru, Pangeran berhasil
masuk ke istana. “Nah, itu dia menara yang dijaga oleh naga.” Pangeran segera
menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat kejadian itu melalui bola
kristalnya. “Akhirnya kau datang, Pangeran. Kau pun akan terkena kutukan
sihirku!” Penyihir jahat itu bergegas naik ke menara. Ia menghadang sang
Pangeran. “Hai Pangeran!, jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan aku
terlebih dahulu!” teriak si Penhyihir.
Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor
naga raksasa yang menakutkan. Ia menyemburkan api yang panas. Pangeran
menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis sinar yang terpancar dari mulut
naga itu dengan pedangnya. Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar
itu memantul kembali dan mengenai mata sang naga raksasa. Kemudian, dengan
secepat kilat, Pangeran melemparkan pedangnya ke arah leher sang naga.
“Aaaa..!” Naga itu jatuh terkapar di tanah, dan kembali ke bentuk semula, lalu
mati. Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang selama ini menutupi
istana ikut lenyap.
Di halaman istana, bunga-bunga mulai bermekaran
dan burung-burung berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba
penyihir muda yang baik hati muncul di hadapan Pangeran. “Pangeran, engkau
telah berhasil menghapus kutukan atas istana ini. Sekarang pergilah ke tempat
sang Putri tidur,” katanya. Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang Putri
tidur. Ia melihat seorang Putri yang cantik jelita dengan pipi semerah mawar
yang merekah. “Putri, bukalah matamu,” katanya sambil mengenggam tangan sang
Putri. Pangeran mencium pipi sang Putri. Pada saat itu juga, hilanglah kutukan
sang Putri.
Setelah tertidur selama seratus tahun, sang Putri
terbangun dengan kebingungan. “Ah! apa yang terjadi? Siapa kamu? Tanyanya. Lalu
Pangeran menceritakan semua kejadian yang telah terjadi pada sang Putri.
“Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan. Terima kasih Pangeran,”
kata sang Putri. Di aula istana, semua orang menunggu kedatangan sang Putri.
Ketika melihat sang Putri dalam keadaan sehat, Raja dan Permaisuri sangat
bahagia. Mereka sangat berterima kasih pada sang Pangeran yang gagah berani.
Kemudian Pangerang berkata, “Paduka Raja, hamba punya satu permohonan. Hamba
ingin menikah dengan sang Putri.” Raja pun menyetujuinya.
Semua orang ikut bahagia mendengar hal itu. Hari
pernikahan sang Putri dan Pangeran pun tiba. Orang berbondong-bondong datang
dari seluruh pelosok negeri untuk mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang baik
juga datang dengan membawa hadiah.
0 komentar:
Posting Komentar