UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Cara Membuat Tempe Mendoan Nikmat

Cara Membuat Tempe Mendoan

Tempe memang istimewa. Selain nikmat, makanan yang dihasilkan dari fermentasi jamur dan juga kacang kedelai ini ternyata mengandung nutrisi kompleks yang baik bagi kesehatan tubuh manusia. Senyawa aktif dalam tempe diurai menjadi lebih sederhana dan mudah diserap oleh tubuh ketimbang dalam bentuk butiran kacang kedelai. Nah, untuk Anda ibu rumah tangga, meracik tempe menjadi kuliner nikmat tentu menjadi pilihan tepat sebab selain nikmat dan sehat, harga tempe juga terjangkau. Untuk menghindari kebosanan, cobalah variasikan menu berbahan tempe Anda. Salah satu yang wajib dimasukkan dalam varian tersebut adalah tempe mendoan. Kuliner nikmat yang satu ini cukup mudah untuk diracik. Tak percaya? Berikut cara membuat tempe mendoan nikmat untuk keluarga Anda tercinta.

Siapkan Bahan-Bahan

Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan tempe mendoan nikmat sebagai berikut:

Bahan Utama
  • Tempe sebanyak 300 gram. Iris melebar dan usahakan tipis kira-kira ukuran 10 x 15 cm
  • Batang daun bawang sebanyak 2 ruas. Bersihkan dan kemudian iris tipis-tipis.
  • Tepung beras sebanyak 100 gram.
  • Tepung terigu sebanyak 1 sendok makan.
  • Air matang sebanyak 125 ml.
  • Minyak untuk menggoreng.

Bumbu Halus.
  • Bawang putih sebanyak 3 siung.
  • Bawang merah 2 siung.
  • Ketumbar sebanyak 1 sendok makan.
  • Merica butir sebanyak 1/2 sendok teh. Haluskan.
  • Garam sebanyak 2 sendok teh.
  • Campur semua.

Cara Membuat Tempe Mendoan


Pertama, campur tepung terigu dan juga tepung beras. Aduk dalam satu wadah. Masukkan bumbu halus juga irisan batang bawang daun. Aduk sampai merata. Setelah sempurna, celupkan potongan tempe ke dalam minyak yang telah dipanaskan hingga semua bagian tempe tertutupi adonan. Goreng sampai terigu terlihat kekuningan. Ingat, jangan menggoreng tempe mendoan sampai berwarna merah sebab ciri khas mendoan adalah tingkat kematangan yang sedang. Setelah pas, angkat dan kemudian tiriskan.  Sajikan tempe mendoan dengan cabe rawit yang dicampur dengan kecap manis dan juga perasan jeruk nipis. Nikmat! Bagaimana, cara membuat tempe mendoan nikmat sangat mudah kan? Selamat mencoba.

Cara Membuat Sosis Tempe

Cara Membuat Sosis Tempe
Sosis diperkirakan berasal dari Irak dan pertama kali dibuat oleh orang Samaria di tahun 300 SM. Sosis berasal dari kata "salsus" yang berarti "diasinkan" atau "diawetkan". Pada awalnya sosis memang ditujukan untuk mengawetkan makanan agar lebih tahan, sebab dahulu bahan untuk mengawetkan makanan belum ditemukan. Di awal kemunculannya, sosis berbahan utama daging yang dicampur dengan beberapa bumbu, dimasukkan ke dalam selongsong usus dan kemudian direbus, diasapi dan kemudian dikeringkan. Seiring perkembangan dunia kuliner, sosis tak lagi didominasi bahan daging-dagingan. Variasi kuliner unik kian bermunculan. Salah satu yang terbaik adalah sosis tempe. Seperti kita ketahui, tempe memiliki nilai gizi yang baik, nikmat dan juga murah. Semua kelebihan tempe ini menjadikannya populer. Ada beragam cara meracik tempe. Salah satuna, sosis tempe tadi. Pernah mencoba? Jika belum, tak ada salahnya meracik sosis tempe dari dapur Anda langsung. Berikut resep cara membuat sosis tempe.

Siapkan Bahan-Bahan Yang Diperlukan

Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sosis tempe sebagai berikut:

Bahan Utama
  • Tempe sebanyak 71,38 gram.
  • Putih telur sebanyak 37,5 gram.
  • Air es sebanyak 7,3 gram.
  • Tepung tapioka sebanyak 7,5 gram.
  • Minyak jagung sebanyak 28,62 gram.
  • Casing (selongsong). Secukupnya.
Bumbu Sosis Tempe
  • Bawang Putih halus sebanyak 0,44 gram.
  • Garam sebanyak 2,50 gram.
  • Gula pasir sebanyak 0,68 gram.
  • Bubuk Lada secukupnya.

Cara Membuat Sosis Tempe


Pertama, Potong-potong tempe agar mudah dihaluskan. Cara menghaluskannya bisa dengan digiling atau dengan ditumbuk. Setelah tempe halus sempurna, masukkan putih telur, semua bumbu yang telah dihaluskan, air es, dan juga tepung tapioka. Aduk hingga semua bahan tercampur merata. Setelah itu masukkan minyak jagung sambil tetap diaduk hingga adonan sosis menyerupai pasta. Selanjutnya, masukkan adona  tersebut ke dalam casing atau selongsong. Panjangnya bisa 10 cm atau sesuai keinginan Anda. Kedua ujung selongsong dikunci dengan erat, bisa menggunakan benang. Setelah adonan selesai dimasukkan ke dalam selongsong, masaklah sosis tempe dengan cara rebus, kukus, atau diasapi. Untuk hasil yang jauh lebih baik, Anda bisa mengkombinasikan semua cara memasak sosis tadi. Sebagai tambahan informasi, pengasapan sosis akan menambah kualitas rasa ketimbang cara memasak lainnya. Bagaimana, cara membuat sosis tempe cukup mudah bukan? Selamat mencoba.

Semut dan Belalang

Semut dan Belalang 
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.

"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.

"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.

Pemerah Susu dan Ember nya

Pemerah susu dan ember berisi susu yang tumpah
Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.

"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"

Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.
Jangan menghitung ayam yang belum menetas.

Keledai dan Garam Muatannya

Keledai dan keranjang spons 
Seorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.

Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.
Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.

Si Pelit

Pengembara dan si Pelit yang kehilangan harta 
Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.

Kancil Kena Batunya


Kabar tentang kebun timun pak tani yang tengah berbuah lebat santer terdengar di hutan belantara. Seluruh hewan herbivora (pemakan tumbuhan) menjadikannya topik pembicaraan dimana-mana. Sembari meneguk air liur, mereka membayangkan betapa ranum dan lezatnya buah timun. Sayangnya, kebun pak tani ditepi hutan itu dikelilingi pagar tinggi & rapat. Mustahil untuk memasukinya.
Dan kabar tentang buah timun dikebun pak tani juga terdengar sampai ke telinga kancil.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba ! Kancil bersorak girang dalam hati. Musim kemarau yang panjang membuatnya sulit menemukan rumput segar untuk dimakan. Pohon-pohon meranggas. Sudah berbulan-bulan kancil hanya bisa mengganjal perutnya dengan daun-daun yang telah mengering.
Membayangkan nikmatnya timun di kebun pak tani tak urung membuat air liur kancil ikut meleleh. Maka di suatu senja ia pun berjalan mengendap-ngendap ke kebun pak tani. Sampai malam menjelang ia berjalan memutari kebun pak tani yang terpagar ketat. Berdiri kokoh dan kuat. Tanpa ada jalan masuk sedikitpun. Kancil hampir putus asa menemukan kenyatan, bahwa tak ada celah yang bisa ia jadikan jalan untuk memasuki kebun pak tani.

Ditengah keputusasaannya itu, secara tak sengaja ia melihat sebuah lubang kecil terletak dibawah tiang pagar yang tembus kedalam kebun. Baik pak tani maupun binatang-binatang didalam hutan tampaknya tak tahu akan hal ini. Lubang itu tersamar dibawah tumpukan ranting-ranting kering.
Ini dia yang dicarinya ! Sekali lagi, kancil bersorak girang dalam hati. Namun ia menahan keinginannya untuk segera masuk melalui lubang tersebut. Hari telah malam, dan lagi, kancil telah punya rencana sendiri untuk menjalankan niatnya mencuri timun dikebun pak tani. Sebuah strategi dengan jalan memanfaatkan tenaga hewan lain. Rencana yang sangat cerdik. Atau mungkin lebih tepat disebut rencana yang culas !
Besoknya, saat tengah hari yang terik, kancil bergegas menemui babi hutan. Sama seperti hewan lainnya dalam belantara, tubuh babi hutan terlihat kurus kerempeng. Tulang rusuknya bertonjolang seperti merencanakan desersi dari tubuhnya. Tampaknya kemarau telah membawa bencana gizi buruk bagi seluruh penghuni belantara.
Kancil dengan sengaja memilih babi hutan untuk dimanfaatkan. Sebab babi adalah ahli menyusup dalam lubang tanah. Tubuh babi yang kurus juga akan memperlancar usahanya itu. Sekarang tinggal bagaimana membujuk babi hutan agar mau mengikuti akal bulusnya, guman kancil dalam hati. Sungguh perkara yang gampang. Selain terkenal polos, situasi kekurangan pangan yang tengah dialami oleh babi akan membuatnya mudah untuk diperdaya. Sebab kawan, bukankah kebodohan dan kelaparan membuat kita gampang terjerumus kedalam tindak kejahatan ? Jadi, waspadalah, waspadalah !
Berlagak acuh tak acuh, kancil mondar mandir dihadapan babi hutan. Lagaknya seperti wisatawan domestik memakai kacamata hitam lalu lalang dihadapan bule-bule berbikini di pantai Kuta.
Katanya (seolah berbicara pada diri sendiri) “ Betapa nikmatnya disiang hari yang panas ini makan buah timun yang ranum, lezat dan airnya segar..nyam..nyam..nyam..”
Babi hutan yang tengah keroncongan mendadak melelehkan air liur demi mendengar perkataan kancil. Dan seperti hewan lain dibelantara itu, babi hutan juga mengetahui kalau itu suatu hal yang mustahil. Pagar kebun pak tani terkenal kuat, rapat dan tak mungkin dimasuki.

“ Berhentilah mengkhayal kawan. Tak ada jalan untuk masuk ke kebun timun itu “ Gerutu babi hutan kesal.
“ Siapa bilang ? “ Sanggah kancil. Lalu melanjutkan dengan nada suara yang bersungguh-sungguh “ Aku telah menemukan jalan masuk ke kebun itu. tapi aku mohon padamu kawan, ssstttt… seolah takut didengar hewan lain, jangan mengatakan ini kepada siapapun. Ini rahasia kita berdua..”
Mendengar ucapan kancil, babi hutan sontak kaget. Wajahnya sumringah bak siswa yang lulus UAN.
“ Betulkah yang kau katakana itu kawan ? lalu kenapa kau tidak memasukinya kalau kau betul telah menemukan jalan untuk masuk ke kebun itu ?“
“ Begini kawanku babi hutan yang tampan. Jalan masuk itu berupa lubang ditanah, tepat dibawah tiang pagar diluar kebun yang tembus kedalam. Tahu sendirilah kawan, dibelantara ini, cuma kamu satu-satunya pakar dalam hal melewati lubang tanah “
Telinga babi hutan berdiri mendengar pujian kancil kepadanya. Tanpa berpikir panjang lagi (didorong oleh rasa lapar) babi hutan bersikeras mengajak kancil ke kebun pak tani untuk melihat lubang tembus tersebut. Kancil pmengelak halus dari ajakan babi hutan. Mirip anggota DPR yang disodori amplop oleh para makelar proyek dan pura-pura menolak.
“ Tapi bagaimana denganku kawan. Aku tentu tak bisa mengikutimu masuk kebun lewat lubah tanah itu. sementara kau enak-enakan didalam makan timun, aku tetap kelaparan diluar menunggumu “ kancil memberikan alasannya.
Babi hutan menepiskan kakinya. “ tak usah kau khawatir soal itu kawan. Saat aku telah sampai didalam, aku akan memberikan buah timun kepadamu diluar melalui lubang tanah itu. Bagaimana ? cukup adil kan ? “
Tawaran babi hutan itu seperti yang telah diduga sebelumnya oleh si kancil. Lalu mereka berdua beranjak ke kebun pak tani. Tepat ditempat dimana lubang tanah yang tembus itu, kancil menunjukkan kepada babi hutan.
“ Ini dia lubangnya kawan “
“ Aha ! ini soal gampang. Tunggu saja kawan. Begitu aku masuk, aku akan segera memberitahukannya kapadamu “ jawab babi hutan.
Lalu babi hutan pun dengan mudahnya menyusup kedalam kebun pak tani melalui lubang ditanah itu. Babi hutan terperangah begitu menyaksikan buah timun bergelantungan diseantero kebun. Buahnya besar-besar dan ranum.
Dari balik pagar, babi hutan berseru kepada kancil yang menunggu diluar. “ Kancil kawanku, aku akan memetik timun dan mengirimkannya kepadamu diluar. Nanti setelah diluar baru kita bagi dua dan sama-sama memakannya “
“ Baiklah kawan. Aku tunggu “ sorak kancil kegirangan.
Babi hutan tak menunggu waktu lama. Ia memetik buah timun sebanyak mungkin. Seluruh hasil petikannya dilungsurkan kepada kancil melalui lubang masuknya tadi. Sejam berlalu, buah-buah timun telah teronggok setinggi satu meter dihadapan si kancil diluar pagar. Merasa telah cukup, babi hutan pun berniat keluar.
“ Kawan, apakah buah timun yang kupetik telah cukup untuk kita berdua !? kalau sudah cukup, aku akan segera keluar ! “ teriak babi hutan dari dalam.
Melihat gundukan buah timun dimukanya, kancil berubah pikiran. Ia ingin memiliki seluruh buah timun itu sendiri untuknya. Kancil memikirkan bagaimana caranya bisa mengelabui babi hutan.
“ Kawan, aku punya rencana bagus. Bagaimana kalau kamu istirahat dulu sejenak didalam sambil memakan buah timun sebanyak mungkin. Dengan begitu, buah timun kita diluar tetap utuh. Coba pikirkan, kamu akan kenyang memakan buah timun didalam kebun, lalu setelah keluar, kamu tetap akan mendapatkan bagian yang sama denganku !? “ balas kancil berteriak
Betul juga, pikir babi hutan mendengar usulan kancil
“ Baiklah kawan, kamu sungguh adil dan baik hati. Lagipula aku sudah sangat lapar. Kalau begitu tunggulah aku barang sejenak “ jawab babi hutan.
Tanpa berpikir panjang lagi, babi hutan dengan lahap memakan buah timun dari dalam kebun. Tanpa disadarinya, kini tubuhnya telah berubah menjadi sangat gemuk. Begitu gemuknya sampai-sampai ia tak mampu lagi melewati lubang tanah yang dimasuki tadi. Babi hutan mendadak panik. Pak tani pemilik kebun memiliki anjing penjaga yang ganas. Bila ia sampai terperangkap didalam kebun ini, maka tamatlah riwayatnya. Kawan, inilah buah dari keserakahan. Babi hutan cepat-cepat memberitahukan kesulitan itu pada kancil yang berdiri menunggunya diluar. Mohon bantuan, situasinya darurat.
“ Kawan, aku tak bisa keluar. Tubuhku tidak sekurus tadi sewaktu masuk “ teriak babi kebingungan.
Kancil tertawa kecil. Justru inilah yang diinginkannya. Dengan begitu ia tak perlu membagi timun ini kepada babi hutan.
“ Begini kawan. Satu-satunya jalan agar kau bisa keluar hanya jika kau berpuasa barang sehari dua hari. Tunggulah sampai tubuhmu kembali kurus seperti semula “ saran kancil seolah ikut prihatin. Sambil berkata, diam-diam ia bergegas menyusun timun itu keatas pelepah pohon palem dan menyeretnya menuju tempat yang aman.
“ Tapi kawan, bagaimana jika pak tani datang membawa anjingnya “ keluh babi hutan pasrah.
“Justru itulah yang kuinginkan. Dasar babi hutan bodoh ! “ ujar kancil dalam hati sambil tertawa kecil melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Tak ada balasan dari si kancil. Babi hutan berteriak berulang-ulang. Tetap tak ada jawaban. Kini babi hutan terduduk lesu dibalik pagar. Sadarlah ia kini, kalau kancil telah memperalatnya. Hatinya diliputi amarah. Panas dibakar dendam. Ia berjanji akan membalas kejahatan kancil terhadapnya. itu pun kalau anjing pak tani tidak keburu datang untuk memangsanya.
Hari berganti malam. Tak terasa sudah tiga hari kemudian.
Kancil terlihat tengah asyik menikmati buah timun ditempat kediamannya yang tersembunyi. Sudah tiga hari berturut-turut ia hidup mewah dari hasil kejahatannya itu. Kadang ia tertawa sendirian mengingat babi hutan yang telah diperdayanya. Pasti babi hutan telah tamat riwayatnya ditaring anjing pak tani. Dunia memang hanya diciptakan untuk mereka yang cerdik, batin kancil dalam hati.
Bukannya sedih, justru kancil tertawa terpingkal-pingkal bila mengingat itu semua.
Sebuah gerakan dari balik semak-semak menghentikan tawa kancil. Kini mukanya berubah pucat pasi. Lututnya gemetar. Badannya menggil-gigil. Sosok babi hutan dengan wajah beringas tiba-tiba muncul dihadapannya. Mata babi hutan memelototinya buas. taringnya mencuat. Tajam dan siap menyeruduknya. Sungguh sangat menyeramkan.
“Ka…ka….ka…kau….” ujar kancil gugup. Mulutnya seolah terkunci. Pemandangan ini sungguh diluar dugaannya.
.”Ya ! saya masih hidup kancil culas ! “ geram babi hutan. Ia bersyukur karena pak tani dan anjingnya tak kunjung datang selama 3 hari ia terperangkap didalam kebun..

Babi hutan menyepak-nyepakkan kakinya kedalam tanah. Kepalanya menjulur kedepan. Dalam posisi tunduk, Ia bersiap menyerang kancil dengan taringnya.
“Terimalah pembalasanku sekarang “ teriak babi hutan sambil menyerbu kancil.

Kancil melompat menghindar. Berlari lintang pukang. Seluruh tenaganya dikerahkan untuk berlari menyelamatkan diri dari babi hutan yang kalap. Kejar mengejar pun terjadi.
Kancil akhirnya tiba ditepi sungai. Nafasnya terengah-engah. Babi hutan yang mengejarnya tertinggal jauh dibelakang. Ia sama sekali belum aman. Sebentar lagi babi hutan juga akan sampai ke tempat itu.. Kancil memutar otaknya cepat. Ia bisa selamat hanya jika bisa menyeberangi sungai. Sungguh bukan sebuah perkara yang mudah. Mata-mata lapar kawanan buaya ganas sudah mengintainya sejak tadi dari balik permukaan air.

“ Kemarilah kancil kecil. Kau akan menjadi santapan kami hari ini “ teror buaya-buaya dari dalam sungai menciutkan nyali kancil.
Kini kancil menemukan dirinya terpojok. Malaikat maut seolah datang menyodorinya buah simalakama. Mati ditaring babi hutan, atau tewas dirahang buaya ? Keduanya sama sekali bukan pilihan yang elegan untuk mengakhiri hidup.
Berhubung babi hutan sudah tak mungkin lagi ia perdayai, maka ia pun mencoba keberuntungannya untuk memperdayai buaya-buaya sungai itu. Buaya-buaya yang kelaparan. Tentu sangat mudah untuk diperdaya.
“ Wahai kawanku buaya. Aku sama sekali tidak keberatan untuk menjadi makan siangmu. Tapi lihatlah tubuhku yang kecil ini. mana mungkin cukup dibagi-bagi buat kalian semua. Bagaimana kalau aku mencoba menghitung dulu jumlah kalian. Jika kurasa cukup, maka dengan rela aku ikhlas menyerahkan tubuhku untuk kalian santap “ rayu kancil dengan mimik memelas. Kawanan buaya berbisik satu sama lain. Perkataan kancil tampaknya masuk diakal mereka.

“ Baiklah. Tapi bagaimana caramu untuk menghitung kami “ kata salah seorang dari buaya itu.
Kancil tersenyum dalam hati. Rayuannya mengena. Saatnya untuk menjalankan akal bulusnya.
“Aku cuma minta kalian berjejer mulai dari tempatku berdiri sampai ketepi sungai diseberang. Dengan begitu, aku akan mudah melangkah diatas punggung kalian sambil berhitung. Bagaimana ? kalian setuju “ Tanya kancil
Kembali kawanan buaya itu berbisik satu sama lain. “Baiklah. Kami setuju. “ jawab buaya.
Dengan penuh keyakinan kancil mulai melangkah diatas punggung buaya sambil berhitung. Begitu sampai ditepi seberang sungai ia akan berlari secepat mungkin. Demikianlah rencananya.
“ satu.., dua…, tiga…, empat…….lim…. “ hitung kancil sambil melompat dari satu pungung ke punggung buaya yang lain. Tanpa terasa ia kini telah berada dipunggung buaya yang mengambang tepat ditengah-tengah sungai.
Tapi alangkah terkejutnya kancil. Buaya-buaya yang sebelumnya berjejer rapi, lurus sampai ke tepi, tiba-tiba berpencar menjauh. Kawanan buaya membentuk formasi melingkar sama sekali tak terjangkau oleh lompatannya. Maka kancil pun terkepung tepat ditengah-tengah sungai. Bayangan kematian kembali menari-nari dipelupuk mata kancil.
“ Kawan, aku belum selesai berhitung. Aku belum tahu apakah jumlah kalian cukup untuk membagi-bagi tubuhku ini ? “ kancil tetap mencoba meyakinkan kawanan buaya.
Buaya-buaya itu malah tertawa terbahak-bahak.
“ Wahai kancil. Kami tahu. Kamu hanya memperalat kami. Kamu hanya memanfaatkan punggung kami untuk sampai keseberang sungai itu kan ? “ kata seekor buaya.

Lalu buaya lainnya menambahkan. “ lagipula, kami tidak pernah mempersoalkan sedikit banyaknya jumlah makanan. Sedikit atau banyak buat kami bukan masalah. Karena kami akan tetap membaginya sama rata diantara kami. Ketahuilah wahai kancil. Sedikit atau banyak akan tetap cukup bagi kami, selama kami bisa bersyukur dan tidak serakah “

Kancil tertunduk pasrah. Ia menyesal telah memandang remeh buaya-buaya ini. Kancil mengira buaya-buaya kelaparan dihadapannya sama seperti dirinya. Serakah dan enggan berbagi dengan sesama.
Sejurus kemudian kancil yang culas itu akhirnya tewas diterkam rahang buaya-buaya sungai yang ganas. Babi hutan menyaksikan kematian kancil yang menggenaskan dari tepi sungai. Mulai hari itu, babi hutan berjanji untuk tidak serakah dan selalu adil berbagi dengan sesama.

Buaya yang tidak jujur


Ada sebuah sungai di pinggir hutan. Di sungai itu hiduplah sekelompok buaya. Buaya itu ada yang berwarna putih, hitam, dan belang-belang. Meskipun warna kulit mereka berbeda, mereka selalu hidup rukun.


Di antara buaya-buaya itu ada seekor yang badannya paling besar. Ia menjadi raja bagi kelompok buaya tersebut. Raja buaya memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga dicintai rakyatnya.


Suatu ketika terjadi musim kemarau yang amat panjang. Rumput-rumput di tepi hutan mulai menguning. Sungai-sungai mulai surut airnya. Binatang-binatang pemakan rumput banyak yang mati.


Begitu juga dengan buaya-buaya. Mereka sulit mencari daging segar. Kelaparan mulai menimpa keluarga buaya. Satu per satu buaya itu mati.

Setiap hari ada saja buaya yang menghadap raja. Mereka melaporkan bencana yang dialami warga buaya. Ketika menerima laporan tersebut, hati raja buaya merasa sedih. Untung Raja Buaya masih memiliki beberapa ekor rusa dan sapi. Ia ingin membagi-bagikan daging itu kepada rakyatnya.


Raja Buaya kemudian memanggil Buaya Putih. Dan Buaya Hitam. Raja Buaya lalu berkata, “Aku tugaskan kepada kalian berdua untuk membagi-bagikan daging. Setiap pagi kalian mengambil daging di tempat ini. Bagikan daging itu kepada teman-temanmu!

“Hamba siap melaksanakan perintah Paduka Raja,
 jawab Buaya Hitam dan putih serempak.
“Mulai hari ini kerjakan tugas itu!
perintah Raja Buaya lagi. Kedua Buaya itu segera memohon diri. Mereka segera mengambil daging yang telah disediakan. Tidak lama kemudian mereka pergi membagi-bagikan daging itu. Buaya Putih membagikan makanan secara adil. Tidak ada satu buaya pun yang tidak mendapat bagian. Berbeda dengan Buaya Hitam, daging yang seharusnya dibagi-bagikan, justru dimakannya sendiri. Badan Buaya Hitam itu semakin gemuk. Selesai membagi-bagikan daging, Buaya Putih dan Buaya Hitam kembali menghadap raja.

“Hamba telah melaksanakan tugas dengan baik, Paduka,
 lapor Buaya Putih.
“Bagus! Bagus! Kalian telah menjalankan tugas dengan baik,
 puji Raja.
Suatu hari setelah membagikan makanan,Buaya Putih mampir ke tempat Buaya Hitam. Ia terkejut karena di sana-sini banyak bangkai buaya.
Sementara tidak jauh dari tempat itu Buaya Hitam tampak sedang asyik menikmati makanan. Buaya Putih lalu mendekati Buaya Hitam.

“Kamu makan jatah makanan temen-teman, ya?

“Kamu biarkan mereka kelaparan!
 ujar Buaya Putih.
“Jangan menuduh seenaknya!
 tangkis Buaya Hitam.
“Tapi, lihatlah apa yang ada di depanmu itu!
 sahut Buaya Putih sambil menunjuk seekor buaya yang mati tergeletak.
“Itu urusanku, engkau jangan ikut campur! Aku memang telah memakan jatah mereka. engkau mau apa?
 tantang Buaya Hitam.
“Kurang ajar!
 ujar Buaya Putih sambil menyerang Buaya Hitam. Perkelahian pun tidak dapat dielakkan. Kedua buaya itu bertarung seru. Akhirnya, Buaya Hitam dapat dikalahkan.


Buaya Hitam lalu dibawa kehadapan Raja. Beberapa buaya ikut mengiringi perjalanan mereka. Di hadapan Sang Raja, Buaya Putih segera melaporkan kelakuan Buaya Hitam. Buaya Hitam lalu mendapat hukuman mati karena kejahatannya itu.

“Buaya Putih, engkau telah berlaku jujur, adil, serta patuh. Maka kelak setelah aku tiada, engkaulah yang berhak menjadi raja menggantikanku, demikian titah Sang Raja kepada Buaya Putih.


Aladin dan Lampu Ajaib



Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. “Kraak…” tiba-tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.

Jack dan Pohon Kacang Ajaib


Dahulu, ada seorang ibu dan anak muda yang tinggal di sebuah desa. Anak muda tersebut bernama Jack. Kehidupan mereka tergolong miskin. Harta mereka yang ada hanya seekor sapi, yang lama kelamaan produksi susunya semakin berkurang. Menyadari hal itu, sang ibu pun berencana menjual sapi yang mereka miliki, kemudian uangnya akan dipergunakan untuk membeli gandum. Rencananya, gandum tersebut akan ditanam di ladang dekat rumah mereka. 

Keesokan harinya, Jack membawa sapi miliknya ke pasar. Di tengah jalan menuju ke pasar, Jack bertemu dengan seorang kakek. Sang kakek menegurnya, “Hai Jack, maukah engkau menukar sapimu dengan kacang ajaib ini?”. “Apa, menukar sebutir kacang dengan sapiku?” kata Jack terkejut. “Jangan menghina, ya! Ini adalah kacang ajaib. Jika kau menanamnya dan membiarkannya semalam, maka pagi harinya kacang ini akan tumbuh sampai ke langit, kata kakek itu menjelaskan. “Jika begitu baiklah,” jawab Jack.

Sesampainya di rumah, Ibu Jack sangat terkejut dan marah. “Benar-benar bodoh kau! Bagaimana mungkin kita hidup hanya dengan sebutir biji kacang?” Saking marahnya, sang Ibu melempar biji kacang tersebut keluar jendela. Tapi apa yang terjadi keesokan harinya? Ternyata ada pohon raksasa yang tumbuh sampai mencapai langit. “Wah, ternyata benar apa yang dikatakan oleh kakek itu, gumam Jack”. Lalu dengan hatihati ia langsung memanjat pohon raksasa itu. “Aduh, mengapa tidak sampai juga ke ujung pohon ya?” kata Jack dalam hati. Tidak berapa lama kemudian, Jack melihat ke bawah. Ia melihat rumah-rumah menjadi sangat kecil.

Dongeng Putri Tidur


http://paramitha-dewi.blogspot.com/

Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat adil dan bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu yang masih terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan. Setiap hari Raja dan permaisuri selalu berdoa agar dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa Raja dan permaisuri dikabulkan. Setelah 9 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang cantik. Raja sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat serta seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan mantera baiknya. Jadilah engkau putri yang baik hati”, kata penyihir pertama.